Woro Woro Wara Wiri

Bagi Kamu-Kamu yang Pro Dengan Kebebasan dan Tidak Mau Dijajah..
Ingatlah..
Untuk Tetap Selalu Golput..!!
Mulai Hari Ini Sama-Sama Kita Nyatakan..
"Kita Memilih Untuk Tidak Memilih di PEMILU 2009"

Jangan Pernah Mau Dipimpin Oleh Rezim yang Selalu Mengangkang Pada Modal Asing..!!!!!!


-do not be the slave in our motherland-

lets kick our stupid bureaucration..!!

change them with people solidarity to our liberation..!!

-SaLaM-

Sunday, November 30, 2008

Bersama Kita Bisa

"Bersama Kita Bisa.."
Itu Kata Bapak Pemimpin..

Saya Mengutang..
Anda Saja Yang Membayar..!!

Saya Mencuri
Anda Saja Yang Ditangkap..!!

Saya Korupsi
Anda Saja Yang Ditahan..!!

Si Ujang Kecil Menghampiri Seorang Bapak Dengan Hidung Bangir Dan Stelan Berdasi

"Kapan Kita Bersamanya Pak??"

Read 'ntil Finish......

Thursday, November 27, 2008

Atas Nama??

dengan mengatasnamakan diriku mereka berteriak
dan dengan mengatasnamakan kepentinganku lagi-lagi mereka menawarkan janji-janji

menggunakan rasa laparku mereka berteriak
"mari kita membangun pertanian, agar negri kita tak lagi kelaparan"
memakai kesengsaraanku mereka lalu berjanji
"akan kita bangun bersama lapangan kerja, agar tak ada lagi pengangguran"
lalu atasnama ketololanku mereka berkata
"ayo membangun sekolah, agar tidak ada lagi kebodohan"

kami lapar..!!
percayalah, tidak akan hilang dengan hanya sekedar janji

kami sengsara..!!
dan seluruh perangkat kampanyemu tidak akan membuat kami merasa tenang

kami menderita dan terjerembab dalam kebodohan..!!
tapi jangan kau sodorkan bendera-bendera bodohmu

dan atas setiap tetes darah dan airmata yang menetes..!!
dengan segenap jengkal tanah yang terampas
atas setiap dera yang kau berikan kepada kami

kami berjanji..!!
demi setiap moncong senapan yang teracung..!!

mulai saat ini kami tak lagi ada disisimu..

Read 'ntil Finish......

Sunday, September 28, 2008

At Home He Feels Like A Tourist

At home he feels like a tourist
At home he feels like a tourist
He fills his head with culture
He gives himself an ulcer
He fills his head with culture
He gives himself an ulcer

Down on the disco floor
They make their profit
From the things they sell
To help you cover
all the rubbers you hide
In your top left pocket

At home she's looking for interest
At home she's looking for interest
She said she was ambitious
So she accepts the process
She said she was ambitious
So she accepts the process

Down on the disco floor
They make their profit
From the things they sell
To help you cob off
And the rubbers you hide
In your top left pocket

Two steps forward
(Six steps back)
(Six steps back)
(Six steps back)
(Six steps back)
Small step for him
(Big jump for me)
(Big jump for me)
(Big jump for me)
(Big jump for me)

At home she feels like a tourist
At home she feels like a tourist
She fills her head with culture
She gives herself an ulcer
Why make yourself so anxious
You give yourself an ulcer

Read 'ntil Finish......

Redemption Song

Old pirates, yes, they rob I;
Sold I to the merchant ships,
Minutes after they took I
From the bottomless pit.
But my hand was made strong
By the 'and of the Almighty.
We forward in this generation
Triumphantly.
Won't you help to sing
These songs of freedom? -
'Cause all I ever have:
Redemption songs;
Redemption songs.

Emancipate yourselves from mental slavery;
None but ourselves can free our minds.
Have no fear for atomic energy,
'Cause none of them can stop the time.
How long shall they kill our prophets,
While we stand aside and look? Ooh!
Some say it's just a part of it:
We've got to fulfil de book.

Won't you help to sing
These songs of freedom? -
'Cause all I ever have:
Redemption songs;
Redemption songs;
Redemption songs.
Emancipate yourselves from mental slavery;
None but ourselves can free our mind.
Wo! Have no fear for atomic energy,
'Cause none of them-a can-a stop-a the time.
How long shall they kill our prophets,
While we stand aside and look?
Yes, some say it's just a part of it:
We've got to fulfil de book.
Won't you help to sing
Dese songs of freedom? -
'Cause all I ever had:
Redemption songs -
All I ever had:
Redemption songs:
These songs of freedom,
Songs of freedom.

Read 'ntil Finish......

Saturday, August 23, 2008

Hadiah Untuk Dirgahayu Negeriku

Masih banyak pertanyaan yang belum selesai dijawab hari ini..

Diantara sekian banyak pertanyaan tersebut adalah..

Apakah kita benar-benar sudah merdeka??

Apakah kita sudah benar-benar berdaulat atas tanah air kita sendiri??

Mengapa Kita harus mengumbar segala sesuatu yang belum pernah terjadi..

jangan BOHONGI kami dengan EUFORIA KEMERDEKAAN PALSU..!!!








































Read 'ntil Finish......

Friday, August 22, 2008

Titik Api Matahari

Dari Titik Api Matahari Pagi
Kan Kubakar Semangat Menyala-nyala
Bakar Badanku Bakarlah Jiwaku
Sampai Rakyat Merdeka..

Read 'ntil Finish......

Darah Juang

Disini Negeri Kami
Tempat Padi Terhampar
Samudranya Kaya Raya
Negeri Kami subur Tuhan

Dinegeri Permai Ini
Berjuta Rakyat Bersimbah Luka
Anak Kurus Tak Sekolah
Pemuda Desa Tak Kerja

Mereka Dirampas Haknya
Tergusur Dan Lapar
Bunda Relakan Darah Juang Kami
Tuk Membebaskan Rakyat

Mereka Dirampas haknya
Tergusur Dan Lapar
Bunda Relakan Darah Juang Kami
Padamu Kami Berjanji

Padamu Kami Berbakti

Read 'ntil Finish......

Bagimu Yang Merasa Memimpin, Atau Yang Ingin Menjadi Pemimpin

Banyak orang yang menyatakan bahwa dirinya berjuang atas nama rakyat Indonesia. Ada yang mencontohkan dengan berkunjung ketempat-tempat yang memiliki hubungan dengan perjuangan kemerdekaan. Ada pula yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari petani....

Percayalah, semua itu hanyalah sekedar omong kosong belaka. Kenapa sampai saat ini secara primordial, suku-suku dibelahan Negara Indonesia masih memikirkan untuk merdeka dan independent diluar kedaulatan Indonesia? Jawabannya hanya satu, karena sampai hari ini pemimpin bangsa ini hanya mampu berkoar-koar masalah kesejahteraan bersama tanpa pernah memikirkan solusi yang harus dicapai.
Bagaimana mungkin orang bisa mencari solusi tanpa menemukan masalahnya terlebih dahulu?. Dan apakah mungkin seseorang dapat terus-menerus terjebak pada inti permasalahan yang sama. Ibarat seekor keledai yang selalu jatuh pada lobang yang sama?.
Bagaimana mungkin pemimpin bangsa ini mengeluarkan kebijakan kenaikan BBM setelah berjanji tidak akan menaikannya lagi. Semakin bodoh lagi dengan melihat kenyataan bahwasanya Negara ini adalah salah satu Negara penghasil minyak terbanyak didunia. Alangkah konyolnya. Setelah dicengkeram wilayahnya, dikangkangi pula alamnya sampai tidak berbentuk.
Semakin konyol lagi apabila kita melihat bagaimana pemerintah tempo hari memberikan peringkat kepada beberapa perusahaan besar yang berhubungan dengan alam di negeri ini. Sebut saja perusahaan yang terkenal sebagai “penghasil lumpur”, mendapatkan label aman, yang menandakan bahwa perusahaannya ramah lingkungan.
Bagaimana bisa bangsa ini maju apabila pemimpinnya terlalu “bodoh” dalam mengeluarkan kebijakan.
Berkaca pada masalah Indonesia saat ini. Salah satu masalahnya adalah terlalu lemahnya pemerintah Indonesia dalam menentukan sikap terhadap bangsa asing yang ingin menancapkan taringnya. Pemerintah saat ini masih terlalu sibuk menyelesaikan problema moral kebangsaan.
Apabila kita ingin mengkaji lebih lanjut, kenapa sampai terjadi problema moral kebangsaan tersebut?. Maka salah satu penyebabnya adalah karena tidak majunya pendidikan dinegeri ini. Ditambah lagi dengan kurangnya daya pikir para pemimpin tersebut untuk memikirkan hal itu.
Kenapa daya pikir para pemimpin bangsa ini kian menurun?. Tentu saja jawabannya bukan karena tingkat pendidikannya rendah, atau justru kurangnya pengetahuan mereka?. Salah satu jawabannya adalah, karena mereka tidak lagi percaya diri dan tidak sanggup memikirkan kenapa daya pikir mereka kian menurun, hingga akhirnya mereka meminta bantuan dari pihak asing dalam menentukan kebijakan-kebijakan internalnya.
How Could Be so Stupid Like That?? Just Think About It..

PS:
Kenapa dari tadi saya menyebutkan ”salah satu” dalam penyebab masalahnya. Karena saya tidak mau para pemimpin bangsa ini menjadi manja dalam berpikir. Hingga akhirnya berujung pada kebuntuan dan krisis kepercayaan diri layaknya anak-anak remaja zaman sekarang. Semoaga mereka yang merasa memimpin, atau mencoba menjadi pemimpin mau membaca tulisan ini……

Read 'ntil Finish......

Potret “Wagu” Kemerdekaan Indonesia

Genap sudah 63 tahun Indonesia memperoleh kemerdekaannya. Tetapi apakah Indonesia benar-benar telah merdeka? Ataukah justru orang-orang yang memimpin pada saat itu hanya berusaha untuk mengisi kekosongan yang terjadi paska kepergian jepang?.
Banyak asumsi yang terjadi seputar kemerdekaan Indonesia pada masa dulu sampai pada saat ini. Kenapa setelah tiga setengah abad Indonesia baru memutuskan untuk merdeka?. Lalu kenapa pula nasib Indonesia tidak lebih baik dari bangsa-bangsa jajahan lainnya?.


Banyak hal yang kemudian menjadi pertanyaan yang kemudian bermunculan secara bertubi-tubi. Terutama paska dirgahayu Indonesia yang ke-63 ini. Dengan pemahaman dimasyarakat secara meluas bahwasanya Indonesia telah merdeka selama ini. Sekali lagi pemahaman itu adalah SALAH.
Bagaimana mungkin dengan kondisi yang sedemikian buruk, Indonesia dapat dinyatakan telah merdeka?. Dengan kenyataan bahwa 39 juta rakyat Indonesia masih berstatus sebagai rakyat miskin. Kemudian ditambah lagi dengan fakta bahwa 11,1 rakyat Indonesia masih mencoba untuk mencari pekerjaan alias menganggur. Dengan kondisi yang sedemikian rupa, masih pantaskah apabila Indonesia mengaku sebagai sebuah Negara yang merdeka?.
Belum cukup sampai disana, setengah dari wilayah sumber daya alam di Indonesia telah diduduki oleh bangsa asing tanpa pernah diberi ampun. Daerah tersebut terus-menerus dikeruk sampai benar-benar tergerus. Bagaimana pula dengan tingkat pendidikannya? Masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan haknya dalam dunia pendidikan sebagaimana diutarakan didalam UUD. Alangkah menjemukannya Negara ini sebenarnya.
Bagaimana mungkin dengan kenyataan tersebut pada setiap tanggal 17 agustus kita bisa merayakan kemerdekaan? Padahal masih banyak orang-orang yang belum mendapatkan hak-haknya sebagai warga Negara. Ditambah lagi dengan banyaknya kebijakan-kebijakan yang tidak pernah sesuai dengan kebutuhan rakyatnya. Kebijakan-kebijakan yang justru malah menjadi beban terhadap kondisi rakyat hari ini.
Indonesia saat ini masih menjadi bangsa pengemis. Masih menjadi bangsa yang selalu berpikir bahwa mengutang itu lebih baik. Kalau kita telaah lebih lanjut, siapa kemudian yang akan membayar hutang tersebut? Tak lain dan tak bukan, rakyat yang menjadi bagian dari bangsa ini jugalah yang akan membayar hutang-hutang tersebut!.
Adakah terpikir dalam benak-benak mereka yang selalu berteriak dalam panggung-panggung kampanye. Saat mereka berlomba-lomba menyatakan membela rakyat, tapi apa yang terjadi? Mereka justru berusaha untuk memasukkan investasi asing sebanyak-banyaknya kedalam perut Indonesia. Mereka jugalah yang kemudian menginjak-injak harga diri bangsa Indonesia.
Apakah bangsa Indonesia hari ini masih berdaulat atas tanah airnya sendiri? Sebuah hal besar yang harus kembali dipertanyakan pada diri masing-masing. Entah ia sebagai pemimpin, ataupun sebagai bagian integral dari bangsa ini.

Sajak Penutup Cerita
Dahulu mereka menyebut Indonesia sebagai macan asia. Layaknya seekor macan yang apabila mengaum terkejutlah seluruk jagat semesta. Tapi kini, Indonesia untuk disebut sebagai kambing asia pun tak layak. Karena bila ia mengembik, telinganya sendiripun tak pernah mampu untuk mendengarnya.


Read 'ntil Finish......

Monday, August 4, 2008

1, 2, dan 3

satu...
mencari

dua...
terlantar

tiga...
sudahlah


satu dua tiga...
akhirnya tersesat

Read 'ntil Finish......

Sunday, June 15, 2008

Tuntutan Kita Hari Ini..!!









Read 'ntil Finish......

Sugesti Buat Rakyat Cerdas

Mari kita sama-sama memilih untuk tidak "MEMILIH" pada PEMILU 2009

TOLAK PEMILIHAN UMUM..


jangan mau dipimpin oleh rezim yang selalu MENGANGKANG pada modal asing..








Read 'ntil Finish......

Monas Beradarah dan Kebohongan lainnya



Tragedi monas berdarah 1 juni telah menjadi sebuah pembuktian bagaimana 'sebagian” dari masyarakat indonesia belum bisa menerima adanya perbedaan dalam khazanah masyarakat indonesia. Banyak pertanyaan seputar tragedi monas berdarah. Apakah memang “sebagian” masyarakat indonesia belum bisa memahami arti pluralitas, ataukah justru tragedi monas berdarah 1 juni 2008 merupakan bentuk pengalihan isyu politik yang dilakukan oleh pemerintah terhadap kebijakan kenaikan harga BBM.
Ada banyak kritikan yang dapat diajukan terhadap pemerintahan SBY-JK apabila dilihat dari segi kebijakannya. Mulai dari bagaimana dikeluarkannya model2 kebijakan yang tidak populis sehingga menimbulkan banyak tanda tanya dikalangan masyarakat. Pertayaan mendasar yang kemudian muncul adalah, apakah pimpinan negaranya yang salah saat dipilih, atau justru memang pimpinan negaranya yang terlalu tolol untuk memahami apa-apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya??.
Dimulai dengan menaikkan harga kenaikan BBM dari 4500 menjadi 6000 rupiah perliter. Adalah sebuah kebijakan yang sebenarnya bagi negara sekelas indonesia yang merupakan salah satu negara penghasil minyak, adalah bentuk kebodohan. Karena tidak akan pernah logis sebuah keputusan untuk menaikkan harga BBM apabila negara tersebut masih mampu untuk menghasilkan BBM. Diperbudak dinegara sendiri, sungguh sebuah lkondisi aneh tapi sangat nyata di indonesia.
Apabila pemerintah kembali menelaah sumber-sumber daya alam yang ada, akan sangat banyak sekali ditemukan sumber daya yang sebenarnya lebih dari cukup. Namun, sayang pemerintah terlalu malas untuk mengolahnya secara mandiri, mereka lebih rela menyerahkan sepetak demi sepetak sumber-sumber daya alam yang ada kepada para investor asing dan menjadikan bangsa sendiri sebagai budak dirumahnya sendiri.
Analisa mengenai kenaikan harga BBM yang dikarenakan naiknya harga minyak dunia sebenarnya dapat diselesaikan jauh-jauh hari sebelumnya. Yaitu dengan cara mempelajari bagaimana teknik pengolahan minyak sekaligus mengambil alih aset-aset bangsa yang dikuasai oleh pihak asing. Dengan begitu bangsa indonesia bisa terlepas dari kecanduan “ngutang” dan “netek” dengan bangsa lain. Sekali lagi sayang, bangsa indonesia saat ini sedang berada dibawah kungkungan rezim “banci” yang bisanya cuma manut apa kata “sikoboi”. Ketololan tersebut semakin diperjelas dengan keputusan untuk keluarnya indonesia dari kelompok negara penjual minyak (OPEC) dengan alasan yang tidak kalah konyolnya yaitu merasa bahwa indonesia bukan lagi negara pengekspor minyak, tetapi sudah menjadi negara pengimpor minyak. Sungguh alasan konyol sempurna.

Tragedi monas 1 juni 2008
Adegan kekerasan yang kembali ditunjukkan oleh segerombolan preman berjubah (FPI) kepada aliansi kebangsaan untuk kebebasan beragama dan berkeyakinan (AKKBB) kembali menunjukkan lemahnya pengawasan pemerintahan rezim “banci” dalam memahami apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Tercatat 70 orang menjadi mangsa kebrutalan kelompok kombatan berjubah ini. Menyerang manusia lainnya seolah-olah mereka dan ajarannya yang dibawa adalah yang paling benar.
Ada sebuah kekonyolan yang tergambar jelas dalam tragedi tersebut. Pertama, SBY sebagai pimpinan dari rezim “banci” menunjukkan kewibawaannya dengan berteriak-teriak bahwa FPI telah melakukan kekerasan. Benar-benar sebuah tindakan yang lagi-lagi menggambarkan betapa konyolnya pemerintahan negara ini. Apabila FPI telah disadari selalu melakukan kekerasan disetiap aksinya, kenapa mereka tetap eksis sejak berdirinya tahun 2002 sampai hari ini. Ini menunjukkan bahwa pemerintahan rezim “banci” SBY-JK masih memerlukan bantuan kelompok kombatan berjubah ini sebagai pengalih isyu apabila diperlukan.
Bukankah menjadi sebuah pertanyaan tersendiri apabila SBY sampai harus angkat bicara saat naiknya kasus Tragedi Monas berdarah 1 juni 2008 kemedia massa. Padahal, saat sekelompok mahasiswa dan masyarakat melakukan protes besar-besaran guna menolak kenaikan harga BBM, pimpinan rezim “banci” SBY-JK justru dengan tenangnya menikmati adegan penyerangan polisi masuk kampus. Seperti mengulang kembali tragedi makasar.
Alangkah memalukannya saat kita menyadari bahwa negara yang kita yang tempati hari ini tidak lebih seperti sebuah peternakan dimana rakyatnya menjadi hewan-hewan ternak yang harus selalu siap untuk dikebiri dan pimpinannya dengan santainya menjadi gembala yang asik melihat satu persatu hewan-hewannya dikuliti hidup-hidup. Apakah ini yang namanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat? Atau justru sila tersebut hanyalah sebuah pelengkap dasar negara? Padahal untuk mempercayai pancasila hari ini sebagai bagian dari cita-cita bangsa saja sudah merupakan hal yang bodoh.
Kembali kepada dinamika masyarakat dalam menolak kenaikan harga BBM, maraknya usaha untuk menolak kenaikan harga BBM menjadi sebuah kepastian. Namun sekali lagi harus disayangkan, sekali lagi peluru harus menghujam para aktivis yang sedang berorasi meneriakkan tingginya harga BBM yang hampir menyentuh langit. Tak ubahnya kondisi tersebut seperti sekelompok domba-domba ditengah kawanan serigala coklat.
Sangat jauh dari impian, saat seorang pemimpin diharapkan untuk memberi sedikit penjelasan terhadap rakyatnya, ia justru dengan santainya menikmati tontonan “berdarah” tersebut. Ironis sekali saat hal tersebut dibandingkan dengan tragedi berdarah 1 juni 2008 di Monumen Nasional (Monas) kemarin. Entah moral kepemimpinan yang absurd atau justru memang rezim ini terlalu pengecut untuk mengakui ketololannya dan ketakutannya terhadap kekuatan modal?.
Sungguh-sungguh diluar dugaan. Ternyata yang bisa dilakukan oleh para pemimpin negara kita hanyalah mengalihkan isu sentral dengan kekerasan horisontal antara sesama rakyat. Alangkah memalukan.
Seharusnya kita bisa berkaca pada rakyat spanyol yang langsung melakukan boykot terhadap besar-besaran saat isu kenaikan harga BBM sampai ketelinga mereka. Insureksi dan kekuatan massa adalah senjata yang ampuh untuk membuktikan bahwa rakyat kembali berdaulat atas tanahnya sendiri.

Stay STRONG to say NO with this FUCKIN' system..
lets FIGHT..

Read 'ntil Finish......

Tuesday, June 3, 2008

Bangkit Melulu Gak Turun-Turun

Kebangkitan nasional ditandai dengan kebangkitan harga BBM..

4500 ---------------------------------------> 6000

Terima Kasih Wahai Presiden kami yang BODOH!!!

Read 'ntil Finish......

Monday, May 5, 2008

Merahnya Air Parang

Dalam Sesakku Terperangah
Ada Yang Berteriak Lantang Dengan Parang Yang Melambai
Atas Nama Tuhan Ia Tebas Setiap Leher Yang Meronta
Sambil Berkata "Damai Atas Tuhanku"


Entah Damai Deperti Apa Yang Ia Maksud
Saat Mata Jalangnya Mengatup-ngatup Penuh Dahaga
Dahaga Akan Setiap Tetes Darah Yang Siap Digenangkan Atas Kebisuan Iman Yang Tercecar

Baginya Hanya Ada Satu Hal Yang Terlintas
Damai Atas Tuhanku Dan Binasa Atas Tuhanmu

Dan Bagiku Hanya Ada Satu Pertanyaan!!
Ketololan Macam Apa Yang Kau Agungkan Atas Nama Tuhan??

Read 'ntil Finish......

Saturday, March 15, 2008

Agama : Jalan Hidup Atau Gaya Hidup

Kapitalisme ternyata bukan hanya berorientasi dalam lingkungan pasar tetapi juga merambah kepada kehidupan beragama, parahnya tidak hanya sebagai simbol budaya liberal tapi juga sebagai dasar pijakan budaya pragmatis.
Beragama dalam belenggu kapitalisme, agaknya sangat sulit diartikan apabila kita belum mengerti sepenuhnya tentang kapitalisme itu sendiri. Fachrizal A Halim menjelaskan bahwa kapitalisme bukan hanya suatu sistem ekonomi yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya namun menggunakan modal yang sekecil-kecilnya, tetapi juga suatu sistem yang telah membudaya dan tidak membebaskan, membuat ketergantungan namun tidak mensejahterakan.

Budaya kapitalisme juga ternyata tidak hanya mampu mempengaruhi style hidup seseorang, namun juga dapat mempengaruhi pola pikir seseorang dalam mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai agama yang juga berbeda. Sehingga kondisi seperti ini menjadikan seseorang sebagai subjek otonom yang merasa terlepas dari konteks generalnya. Gaya pikir seperti itulah yang lama-kelamaan dapat menimbulkan watak untuk memprivatisasi agama dalam menganalisis agama itu sendiri baik dari segi penghayatan maupun dalam praktik-praktik ibadahnya .

Alumnus Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Filsafat ini juga menyimpulkan bahwa banyak konsep kehidupan mapan yang telah dikaji ulang ternyata diciptakan oleh kapitalisme. Namun, penulis tidak bisa menyebutkan gambaran-gambaran nyata tentang praktek tersebut didalam kehidupan kekinian.
Kapitalisme tidak hanya menyebabkan masyarakat berorientasi pada pasar secara bertahap, namun juga mempengaruhi cara pandang lama tentang praktek kehidupan yang kini dituntut untuk lebih memiliki relevansi terhadap standar nilai yang diciptakan oleh kapitalisme. Sehingga menggeser agama dari posisi semulanya sebagai sumber nilai dalam pembentukan gaya hidup, menjadi instrumen bagi gaya hidup.
Sebagai perumpamaan ibadah haji dan umrah yang dikemas sebagai wisata religius, merupakan salah satu contoh kekinian yang telah membuktikan bahwa suatu praktik ibadah tidak hanya menjadi persoalan ibadah semata-mata, tetapi juga telah dirasuki untuk dijadikan sebagai komoditi yang dapat dijadikan nilai jual sehingga mampu menghasilkan keuntungan dari ibadah tersebut.

Naik haji yang seharusnya dijadikan sebagai kewajiban bagi setiap muslim untuk menunaikannya kini telah diracik sesuai dengan kemampuan dan daya beli konsumen untuk melakukan praktek ibadah tersebut, dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam menjamin kepuasan juga turut membentuk diferensiasi individu dan kelompok sosial dalam membentuk kelas-kelas tertentu yang menyebabkan adanya suatu diferensiasi diantara sesama orang yang menunaikan ibadah. hal-hal tersebut itulah yang sesungguhnya telah meruntuhkan esensi beribadah haji tersebut yang pertamanya diawali dengan niat lillahi ta’alla namun diakhiri d engan watak gengsi.
Agama yang seharusnya memiliki otoritas formal dan sanksi hukum yang mengikat individu dan sudah berjalan selama berabad-abad tersebut kini terancam musnah dikarenakan terlalu banyaknya pluralitas dalam menganalisis agama secara subjektif dengan cara mencocokkan dengan kebutuhan perseorangan.
Representasi budaya kapitalisme seperti gaya hidup konsumerisme dan gaya hidup hedonistis, telah menanamkan arti penting identitas bagi individu modern. Hal tersebut menjadikan agama dapat secara leluasa ditampilkan dalam berbagai realitas yang telah dengan sengaja diciptakan dengan berbagai macam citra. Sehingga banyak individu yang berusaha untuk berlomba-lomba dalam mengambil bentuk keagamaan sesuai dengan semangat perbedaan dan kepentingan penguatan identitas. Penulis juga menjelaskan tentang praktik-praktik sekularisasi, yang menjelaskan bahwa agama atau tradisi yang sebelumnya telah memiliki suatu sistem nilai yang mapan ditinjau kembali dan dikontekstualisasikan dengan kebutuhan masing-masing penganutnya.
Beragam macam variasi kebutuhan terhadap agama secara tidak sengaja telah melemahkan genggaman agama terhadap masyarakat secara keseluruhan. agama tidak lagi identik dengan keselamatan akhirat, tetapi lebih menguat kepada kekuatan rill yang terpilah-pilah sebagai wilayah ekonomi politik, dan sosial budaya . Namun Halim tidak menjelaskan tentang kenyataan keberadaan masyarakat sekular itu sebenarnya.
Sebenarnya kapitalisme tidak hanya menyerang subjeknya dengan merubah gaya hidup dan pola pikirnya saja, tetapi juga melalui perangkat media dapat dengan leluasa mengobrak-abrik otoritas suatu keagamaan seperti Vatikan yang pernah diguncangkan oleh seorang Madonna melalui judul lagunya “like a prayer”, yang merepresentasi dikotomi perawan dan pelacur, salib, jubah pastur, seks interrasial, dan masturbasi digereja dengan sosok yang mirip Kristus.
Otomatis lagu Madonna tersebut memancing murka Paus secara khusus, namun justru hal yang sangat kontradiktif justru sangat antusias terhadap lagu tersebut. Hal tersebut telah membuktikan, bahwa sebenarnya kapitalisme bukan saja memberikan masyarakat suatu kebebasan, tetapi juga dapat menciptakan kebebasan-kebebasan baru didalam kehidupan, walaupun apabila dianalisa kembali, bahwa kebebasan yang ditawarkan tidak membebaskan, malah memberikan suatu ketergantungan untuk terus mengikuti gaya hidup liberal yang tak lain adalah produk asli dari kapitalisme itu sendiri.
Dalam buku ini penulis juga dengan tegas menjelaskan bahwa kapitalisme tidak hanya merambah kedalam kehidupan pasar modal saja melainkan juga sosiologi setiap individu didalam kemasyarakatan. Bahkan agama yang ditafsirkan dengan cara subjektif juga akan menampilkan suatu wajah baru dari kapitalisme itu sendiri. Sebagai perbandingan pada masa kekinian yaitu terlalu banyaknya partai politik yang mengembel-embeli agama sebagai dasar, bahkan lebih sebagai ideologi. Namun pada kenyatannya itu semua hanya bertujuan sebagai alat penarik massa, untuk memasukkan deal-deal politiknya.
Hal itu membuktikan bahwa agama dapat juga dijadikan sebagai modal untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya, dimana massa sebagai keuntungannya. Tapi ternyata setelah maksud tercapai mereka tidak lagi memikirkan kondisi massa yang telah mereka ekspansi.
Oleh karena itu kapitalisme tidak hanya menyebabkan agama sebagai alat untuk melakukan proses ekspansi terhadap massa melainkan juga sebagai akar dari kebudayaan pragmatis yang telah melarikan agama sejauh mungkin dari esensi sebenarnya yaitu sebagai media peribadatan untuk menyampaikan rasa syukur kepada sang Khaliq. Tetapi justru malah memberikan suatu tekanan untuk mencari unsur keuntungan dari agama untuk memakmurkan diri pribadi.

Read 'ntil Finish......

Thursday, March 13, 2008

Uang dan Efek Sosial

Money makes the world go around,
the world go around, the world go around,
Money makes the world go around,
of that we both are sure.
(Raspberry) On being poor

(money money, cabaret)

Uang, duit, atau beragam istilah lainnya yang menggambarkan bahwa benda tersebut adalah sebuah alat tukar yang memiliki standar harga tertentu dalam aktivitas kehidupan ekonomi manusia. Adalah sebuah materi dimana nilai dari sebuah benda memiliki prestise tersendiri yang kemudian menjadi standar alat ukur terhadap nilai tersebut didalam kehidupan ekonomi. Yang menjadi permasalahan sekarang apakah uang sebagai standar ukur terhadap nilai hanya berlaku dalam aktifitas ekonomi, atau justru memiliki sebuah impact terhadap kehidupan manusia dalam skup-skup yang lain?.
Ada beragam pertanyaan didalam benak setiap manusia, apakah ia yang mengatur setiap uang atau ia yang diatur oleh uang?. Bahkan pertanyaan mendasar tersebutpun belum mampu untuk dijawab oleh beberapa orang. Lalu, apakah setiap manusia dapat hidup lepas dari keterikatannya terhadap uang yang juga memiliki standar nilai kekayaan, yang dikemudian hari menjadi tolok ukur tersendiri didalam kualitas kehidupan individu sosialnya.

Uang dan perkembangannya

Jauh sebelum kita mengenal apa itu uang di era modern seperti ini. Uang telah melewati banyak tahapan yang akhirnya membentuk status uang dan bentuknya seperti hari ini. Semuanya mengacu pada kemampuan manusia dalam mempermudah akses untukmendapatkan kebutuhannya.

Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu bertumpu pada kemampuan individualnya. Manusia memenuhi semua kebutuhannya dengan cara berburu jika mereka merasa lapar. Pada masa itu manusia hanya memanfaatkan apa yang diperolehnya untuk memenuhi kebutuhannya. Sampai akhirnya perkembangan pola pikir manusia berhasil mengakhiri masa tersebut.

Akibat dari sifat manusia yang selalu berkumpul pada suatu tempat secara sporadic, kebutuhan yang harus dicukupipun semakin berkembang. Hingga akhirnya apa yang mereka hasilkan secara mandiri tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan mereka. Hal inilah kemudian yang memaksakan manusia untuk melakukan pertukaran barang dengan kelompok manusia lainnya, atau yang lebih dikenal dengan istilah “barter”.

Dalam perkembangannya system barter ternyata tidak menjadi jawaban atas persoalan bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya. Ada beberapa masalah yang menjadi penghambat yaitu, kesulitan mencari tahu siapa yang memiliki barang yang mereka butuhkan sehingga siap ditukar, dan kesulitan dalam menentukan nilai yang harus dipakai terhadap sebuah barang untuk ditukarkan dengan barang lainnya. Maka dimulailah tahapan baru untuk menegasikan nilai tukar menjadi standar nilai atau harga.

Babak awal uang sebagai alat tukarpun dimulai. Bermula dari bangsa romawi kuno yang menegasikan garam dari bumbu dapur menjadi alat tukar dan alat pembayaran upah. Dalam bahasa latin lebih dikenal dengan sebutan salarium. Pada perkembangannya kemudian kata salarium di adopsi kedalam bahasa Inggris menjadi salary yang artinya sama yaitu “upah”.

Ternyata dalam perkembangannya terjadi sebuah masalah, yaitu bagaimana cara menguraikan alat tukar agar lebih mudah dibawa. Maka bangsa babilonia mencoba mengubah uang dengan menggunakan logam, dengan alasan mudah dibawa, gampang dipecah dan tahan lama. Yang kemudian dikenal dengan sebutan uang logam atau coin.

Seiring dengan perkembangan ekonomi, banyak hal yang sudah tidak bisa ditukar dengan uang logam. Bangsa Inggris akhirnya membentuk system keuangan baru dengan menggunakan uang kertas. Harga uang kertas menyimbolkan banyak emas yang disimpankan dipandai emas. Uang kertas tersebut sewaktu-waktu dapat ditukar kembali dengan jumlah emas yang tertera di uang kertas tersebut.

Uang dan pranata sosial

Setiap fase perkembangan uang secara tidak langsung menyebabkan perubahan dalam perkembangan kebutuhan manusia. Mulai dari bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan uang sebagai alat tukar sampai bagaimana manusia didikte oleh kekuatan uang yang mengikat kebutuhan manusia akan status dan eksistensinya dalam kehidupan. Sampai akhirnya uang membunuh setiap individu dengan efek nilai yang tak lagi terjangkau.

Setiap manusia membutuhkan uang dalam mempermudah pertukaran. Juga dalam memberi standar harga dalam proses ekonomi. Hal-hal tersebut tidak dapat dinisbikan dari aktivitas social. Ada sebuah masalah yang kemudian menjadi pembahasan umum, yaitu bagaimana kemudian kehidupan manusia di standarkan dengan uang seperti barang-barang yang diperdagangkan dalam supermarket.

Setiap kebutuhan manusia menjadi saling terkait dengan harga-harga yang kemudian menentukan bagaimana status manusia dihadapan manusia lainnya. Menurut revrisond baswir, bukan fungsi uang yang beralih, melainkan karena pengolahan uang melalui system yang kapitalistik, maka dengan sendirinya uang berubah menjadi sebuah komoditi. Hal tersebutlah yang kemudian menjadikan kehidupan manusia seperti barang dagangan.

Fungsi uang yang bernegasi dari alat ukur barang dagangan menjadi alat ukur social yang berdampak pada terjadinya pengkelasan dalam kehidupan social dan keterbatasan interaksi manusia yang satu dengan manusia lainnya. Sehingga banyak hal yang kemudian diukur dengan uang. Mulai dari kebutuhan akan hiburan sampai pendidikan dan kesehatan yang merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia.

Sedikit mengutip dari bukunya john Eatwell, Murray Mullgate dan Peter Newman dengan judul “the new palgwave: a dictionary of economics” bahwa: “Money is a social relation. Like the meaning of a word, or the proper form of a ritual, it exists as a part of a system of behaviour shared by a group of people”. Ia menjelaskan bagaimana uang memiliki sebuah kekuatan yang mampu mengatur sekaligus memaksa manusia untuk menyembah keberadaan uang.

Padahal, apabila kita sedikit melongok pada realitas. Uang hanyalah sebagian kecil dari factor eksternal manusia dalam membangun sebuah hubungan social. Tapi justru malah berbalik menjadi sebuah dominasi abstrak yang tak terlihat dalam kehidupan manusia.

Kondisi yang lebih parah lagi dapat dirasakan, bagaimana kuasa terhadap uang dapat mempengaruhi lebih dari sekedar kehidupan ekonomi, tapi juga merambah kedalam relung-relung kehidupan agama. Sampai akhirnya setiap orang berjibaku untuk memilih mau naik haji atau umroh dengan jasa yang mahal atau yang paling murah. Sesuai dengan gengsi dan prestis yang ditawarkan.

Read 'ntil Finish......

Write Your Comment About My Spectacle's or My Blog